Senin, 09 Agustus 2010

Bang hoyang bang... hoyang bang...

Seorang wanita sumbing tengah berbuat mesum dengan pacarnya disebuah taman yang hanya disinari sedikit cahaya temaram. Birahi yang sudah memuncak membuat si lelaki begitu menggebu-gebu menyerang wanita itu. Tak berapa lama terdengar wanita itu bicara pada pacarnya.. "Bang... ayo hoyang enyak, bang... ayo enyak hoyang, bang... "
Dengan semangat 45 digoyangnya pantatnya untuk memberikan kepuasan pada pacarnya itu.
"Bang... Ayo Hoyang enyak, bang... ayo enyak hoyang bang..." terdengar lagi lirik suara wanita itu.
Kembali digoyangnya karena lelaki itu berpikir mungkin pacarnya itu belum juga terpuaskan dengan aksinya tadi.
Sementara dipihak si wanita karena pacarnya dianggap tidak mengerti apa yang dikatakannya akhirnya wanita itu menutupkan sebuah jarinya ke bibir sumbingnya itu dan mulai bicara... " Bang... Ada Orang banyak, bang... ada banyak orang bang..."
"Alamak.... kok gak bilang dari tadi..." teriak pacarnya.
"An ad 'i dah i i'ang bang ayo hoyang enyak...."

Pak... cuma dikasih sebelah...

Poltak sangat suka sama Butet anaknya Pak Togar. Tapi Butet sangat takut sama orangtuanya dan tidak mau pacaran. Saking tak bisa menahan gelora asmara akhirnya Poltak pura-pura bertamu kerumah Pak Togar. Dia diterima Pak Togar diruang keluarga. Sedang Butet hanya duduk-duduk diberanda rumah. Tak diceritakannya niatnya untuk mencintai Butet krn Pak Togar pasti akan marah. Cerita sana sini akhirnya Poltak berpamitan pulang pada Pak Togar. Pak Togar tidak bisa melepas Poltak ke pintu. Togar akhirnya keluar sendiri.
Diberanda dilihatnya Butet sedang membaca buku. Iseng dihampirinya Butet.
Poltak        : Tet... aku disuruh Bapakmu untuk mencium kau...
Butet          : Kurang ajar kau bang... manalah mungkin Bapak aku mau menyuruh itu..
Poltak        : Kalau tak percaya biar aku bilang sama bapakmu di dalam.
Poltak pergi lagi kedalam menemui Pak Togar.
Poltak        : Pak, Butet menyembunyikan sendal aku...
Pak Togar (berteriak) : Butet... kau kasihkan lah...
Akhirnya Butet mau dicium Poltak begitu Poltak sampai di beranda karena disuruh bapaknya. Tak cukup dengan satu ciuman dipipinya Poltak meminta ciuman dipipi sebelahnya lagi. Terang saja Butet kembali menolah. Namun Poltak tak kalah pintar. Dia berteriak ke arah Pak Togar.
Poltak     : Pak... cuma sebelah yang dikasihnya...
Pak Togar   : Butet... Kau kasihkanlah yang sebelah lagi...
Akhirnya Poltak bisa mencium kedua pipi anak gadis Pak Togar tanpa diketahui Pak Togar.

Pak Haji... Cepatkanlah sikit...

Adalah Atan, seorang anak bujang Mak Joyah yang sudah berumur tapi tak juga mau menikah. Bahkan dia tak mengerti dengan kegunaan menikah. Tetu saja Mak Joyah risau karena Atan adalah anak semata wayang yang diharapkan dapat meneruskan keturunan. Akhirnya Mak Joyah meminta tolong Pak Haji Sabri untuk membujuk Atan agar mau menikah.
Suatu hari Pak Haji menemui Atan untuk diberi nasehat agar mau menikah.
Pak haji     : Atan dikau sudah dewasa. Sudah sepatutnya dikau menikah. Kau tengok kawan-kawan kau sudah punya anak bini. Dikau nak nunggu ape lagi..
Atan         : Untuk ape Wak Haji. Tak ade enaknya menikah tu... bikin susah saje..
Pak Haji   : Pokoknya menikah tu enak.. dikau ikut saje ape cakap uwak ye.. Besok uwak carikan dikau bini. Biar hidup dikau ni enak.
Atan         : Iyelah wak... terserah uwak saje..
Akhirnya Pak Haji memilihkan seorang janda untuk dinikahi Atan. Maksudnya dipilihkan seorang janda adalah untuk menolong si janda itu agar tak terjerumus pada kemaksiatan dalam menghidupi anak-anaknya. Sekaligus agar nantinya si janda bisa membimbing Atan yang lugu. Pesta berlangsung meriah. NAmun Atan ketika bersanding nampak tidak hirau dengan suasana pesta yang menandakan bahwa dia sepertinya belum mengerti dengan apa yang sedang diperbuat dan apa yang akan diperbuat.
Pak Haji menanyakan apa yang dilakukan Atan dimalam pertama kepada istrinya. Kata istrinya mereka tidak melakukan apa-apa. Mungkin karena kelelahan, pikir Pak Haji.
Malam kedua berlalu begitu saja. Akhirnya Pak Haji menanyai Atan.
Pak Haji     : Macam mane semalam, Tan?
Atan           : Macam mane ape Wak?
Pak Haji     : Ape yang dikau buat sama istri dikau tadi malam?
Atan           : Buat ape Wak... ya tidur lah...
Pak Haji     : Tan... nanti malam sebelum tido dikau buka pakaian dikau semuenye... dikau buka pakaian istri dikau semuenye...
Atan           : Untuk ape wak... masuk angin nanti...
Pak Haji     : Dikau buat sajelah macam tu...
Atan           : Iyelah wak..
Pak Haji berharap dengan sudah bugil berdua nantinya naluri biologis Atan akan muncul sendiri.
Keesokan harinya...
Pak Haji     : Macam mane semalam, Tan?
Atan           : Sudah wak... sudah saye buka pakaian saye... saye buka pakaian istri saye semuenye...
Pak Haji     : Trus... trus... ape lagi...?
Atan           : Ye... kami tido lagi...
Pak Haji bingung melihat keluguan Atan. Namun karena niat menolong tak tanggung-tanggung akhirnya Pak Haji terpaksa harus mengajarkan Atan yang super lugu itu secara detail.
Pak Haji     : Tan... nanti malam sesudah kalian buka pakaian kalian semuenye, Uwak akan pukul gong ini... begitu dikau mendenga bunyi gong... dikau masukkan anu dikau tu kedalam anunya istri dikau... Kalau terdengar lagi bunyi gong dikau keluakan itu dikau.. bunyi gong lagi dikau masukkan.. bunyi gong lagi dikau keluakan.. begitu seterusnye...
Atan           : Untuk ape wak...
Pak Haji     : Dikau buat sajelah macam tu...
Atan           : Iyelah wak..
Malamnya. Begitu Atan dan istrinya masuk kamar dan kira-kira sudah membuka pakaian masing-masing, Pak Haji mengambil gong kecil dan memukulnya. Mendengar gong berbunyi, dengan patuh Atan memasukkan anunya kedalam anu istrinya.. Begitu Gong berbunyi lagi dicabutnya. Bunyi lagi dimasukkannya dan bunyi lagi dicabutnya. Kejadian itu berulang-ulang terjadi sehingga menimbulkan rasa nikmat pada diri Atan. Begitu Atan dapat merasakan nikmatnya berhubungan suami istri dengan dipandu oleh bunyi gong pak haji dia hampir mencapai orgasme. Namun irama gong masih juga teratur dan lambat-lambat. Atan tak sabar menunggu bunyi gong berikutnya. Namun untuk tidak mematuhi bunyi gong diapun tak berani. Akhirnya dengan lenguhan nafas yang memburu Atan berteriak keras..
Atan        : Wak Haji....... Cepatkanlah sikit....
Pak Haji   : Gong... gong... gong... gong...gong... gong... gong...

Jumat, 06 Agustus 2010

Ceramah Ustazd Memang padiah...

Disuatu surau tua di kampung tengah dilaksanakan ceramah dalam rangka memasuki bulan suci Ramadhan. Tak tanggung-tanggung panitia mendatangkan ustad dari kota. Kondisi surau yang sudah reot dengan lantai papan yang jika diinjak yang satu maka yang lainnya akan naik.
Adalah seorang jemaah bernama Mak Inggi sengaja datang ke surau itu dengan menggunakan kain sarung dan duduk dibagian belakang. Biar terasa adem, ketika hendak duduk Mak Inggi sengaja mengangkat sarungnya dan membiarkan burung kesayangannya mengenai lantai papan yang dingin. Tak diduga tak dinyana ternyata ketika ada orang lain yang masuk surau membuat papan yang diinjaknya turun sehingga menaikkan papan disebelahnya. Pas sekali hal itu membuat burung kesayangan Mak Inggi  terjepit. Waw....
Mau menjerit rasanya tapi Mak Inggi malu. Akhirnya ditahannya juga duka lara sakit yang menyiksa itu sampai selesainya ceramah. Namun matanya tak kuasa membendung linangan air mata yang menetes tak henti-henti.
Melihat Mak Iggi berlinangan air mata, Pak Ustad pun merasa tersanjung.
"Lihatlah Bapak-Bapak dan Ibu-ibu sekalian, orang tua kita dibelakang tu.... Beliau Tau hidup akan mati makanya beliau menangis mendengarkan ceramah saya..." katanya sedikit bangga.
Selesai ceramah dan orang-orangpun pulang, Mak Inggi masih juga duduk menahan sakit dengan air mata yang semakin deras mengalir. Pak Ustad menghampirinya....
Ustad          : "Baa, Mak... Padiah bana ceramah ambo sampai bantuak tu bana apak manangih..."
Mak Inggi   : "Ceramah Ustad memang Padiah, stad... Tapi... Labiah padiah pulo le... unggeh tasapik salamo tu di lantai papan... Ondeh, nak... ntah ka bisa waang baradiak lae..."

Rabu, 04 Agustus 2010

Dapet dua-duanya...

Suatu hari terjadi kecelakaan pesawat terbang. Pesawat itu tersangkut disebuah hutan belantara yang sangat jauh dari peradaban dan dihuni oleh suku nudish yang masih sangat primitif. Dalam kecelakaan itu hanya tiga orang penumpang yang selamat. Badu (Pedagang), Stephen (Turis) dan Robertus (rohaniawan). Itupun belum tentu selamat karena mereka ditawan oleh suku primitif yang semuanya laki-laki. Dalam keadaan terikat di tiga buah tonggak akhirnya mereka diadili oleh kepala suku dihadapan warganya.
Kepala Suku   : "Kalian telah masuk kewilayah terlarang dan harus mendapat hukuman. Disini hanya ada dua
                          macam hukuman. Ditaja atau mati."
Badu               : "Taja itu apa, Pak Kepala?"
Kepala Suku   : "Taja itu disodomi oleh kepala suku... ha... ha... ha..."
Badu berpikir keras. "Daripada mati lebih baik ditaja. Toh sakitnya tak seberapa" pikirnya.
Badu               : "Saya pilih ditaja saja Pak Kepala Suku"
Lalu dihadapan warganya dan kedua tawanan lainnya Kepala Suku mensodomi Badu sampai selesai.
Kepala Suku   : "Kamu yang berikutnya... mau ditaja oleh Deputy kepala Suku atau Mati.?"
Stephen           : "Saya juga memilih ditaja saja Pak kepala Suku.."
Terjadi lagi adegan taja menaja dihadapan Robertus.
Kepala Suku   : "Kamu yang terakhir. Mau ditaja oleh panglima perangku atau Mati?"
Robertus         : " Ikh... daripada ditaja lebih baik saya mati."
Kepala Suku   : "Oke... kalau gitu kamu mendapatkan bonus. kamu dapat dua-duanya.."
Robertus         : "Maksudnya...?"
Kepala Suku   : "Kamu memilih hukuman mati kan? Maka kamu akan ditaja sampai mati oleh para
                         prajuritku."

Yang satu lagi Bapak...

Suatu pagi pak Mamat dibangunkan mendadak oleh istrinya. Padahal dia baru aja tidur karena baru pulang ngeronda semalaman.
Bu Mamat        : "Pak... pak... bangun.."
Pak Mamat      : "Apa nih... orang baru tidur udah dibangunkan.."
Bu Mamat        : "Tolong panjatkan Nangka yang udah masak dibelakang rumah. Mau ibu bawa kepasar.."
Pak Mamat      : "Nantilah... masih ngantuk nih.."
Bu Mamat        : "Cepat ajalah... Nangkanya mau ibu jual dipasar pagi ini"
Karena takut sama istri akhirnya dengan terpaksa Pak Mamat pergi juga kebeakang rumah untuk mengambil nangka yang dipesan istrinya.
"Dum...." terdengar bunyi nangka jatuh.
"Dum..." terengar sekali lagi. Tentu bu mamat kaget karena yang disuruh ambil cuma satu.
Ibu Mamat       : "Berapa diambil, Pak...?"
Pak Mamat      : "Sa...tu.... "
Ibu Mamat       : "Kok yang jatuh kedengaran dua kali?"
Pak Mamat      : "Yang satunya bapak, bu... Aduh..."

Minggu, 01 Agustus 2010

Pantas Mati... Ijuk ditelan

Seorang wanita warga RT 08 RW 15 ada yang meninggal. Sebagai tetangga yang baru 2 hari tinggal disana Herman turut menunjukkan dukacitanya dengan cara ikut melayat almarhum.
Banyaknya pelayat membuat Herman harus ikut antri menengok jenazah. Satu persatu pelayat menghampiri jenazah, berdo'a dan membuka tutup muka jenazah kemudian menutupnya lagi. Setelah itu pelayat berlalu dan digantikan oleh pelayat dibelakangnya. Begitu seterusnya.
Herman yang tidak sabaran langsung maju begitu pelayat didepannya maju sehingga jenazah dilihat oleh 2 orang sekaligus. Tentu saja orang yag duluan dari Herman duduk menghadap wajah jenazah dan Herman duduk menghadap kebagian tengah jasad jenazah. Herman dan orang itu berdo'a. Ketika pelayat awal membuka penutup wajah jenazah, Hermanpun membuka kain kafan didepannya, tepat ditengah-tengah tubuh jenazah.
Alangkah kagetnya Herman melihat pemandangan adanya mulut yag dipenuhi rambut-rambut kasar.
Sambil mengusap mukanya Herman bergumam. "Pantas mati... Ijuk ditelan..."

Dari Tadi Kaki Saya Terinjak....

Abdul, seorang lelaki berperawakan kecil tegah berdiri berhimpitan diatas bus kota. DFisampingnya berdiri seorang pria berperawakan kekar bergaya tentara. Dengan meringis menahan takut di Abdul mencoba membuka komunikasi dengan prian itu.
Abdul        : "Apa bapak tentara?"
Lelaki        : "Bukan"
Abdul        : "Bapak Polisi?"
Lelaki        : "Bukan"
Abdul        : "Atau Bapak punya keluarga dari angkatan?"
Lelaki        : "Gak ada. NGAPain sih tanya-tanya?" ujar lelaki dengan setengah kesal.
Abdul        : "Kaki saya terinjak sepatu Bapak dari tadi.... Kalau bukan anggota militer tolong angkat kakinya" bentak Abdul mulai berani.

Apa Bahasa Jepangnya...

Badu      : "Apa Bahasa Jepangnya Naik motor ?"
Andi       : "Suzuki kunaiki?"
Badu      : "Miskin?"
Andi       : "Takaya"
Badu      : "Bencong?"
Andi       : "Kuraba Dadamu Rata"
Badu      : "Obral?'
Andi       : "Nikita Kasi Mura"
Badu      : "Nyopet"
Andi       : "Yukitaraba isisaku"
Badu      : " Kemana bang?"
Andi       : "Kamada"
Badu      : "Bandel?"
Andi       : "Mada"
Badu      : "Kok Gitu?"
Andi       : "Waang nan tea... lah jaleh aden urang pauah kamba ang tanyo bahasa hiragana"

Kamu Suka Becarut Juga Ya...

Seorang pemilik burung beo sangat kewalahan menghadapi sikap burung yang suka becarut (mengucapkan kata-kata kotor). Berkali-kali burung itu diperingatkan dan dibentak tapi tetap saja selalu becarut dan tak mau merubah kata-katanya.
"Mungkin hanya itu kata yang bisa diucapkannya" pikir sipemilik burung.
Suatu hari pemilik burung itu mengancam si Beo.
" Kalau kamu masih juga bercarut nanti kamu akan saya pakukan di papan dan saya buang ke gudang dalam keadaan hidup. Ingat itu.." kata sipemilik burung geram.
Dua hari tak terdengar ucapan dari paruh si beo. Malah wajah ketakutan yang diperlihatkannya.
Sewaktu pemilik burung pergi dengan bebas si beo kembali bercarut dan akhirnya tanpa disadarinya dia lupa dengan ancaman majikannya. Bahkan sewaktu majikannya ada dirumah si beo tetap saja bercarut.
Kesal dengan tindakan burung itu dengan geram pemilik burung itu mengambil kayu papan dan memakukan kedua sayap burung itu ke papan dengan posisi terlentang dan membuangnya ke gudang.
Digudang yang kotor itu ternyata terdapat banyak barang-barang rusak yang sudah tidak terpakai.
Tepat disebelah diburung rupanya ada Salib rusak yang juga dibuang pemilik rumah itu.
Si beo terperanjat kaget melihat kearah salib. Dengan mata berbinar dan merasa mendapat kawan dia bertanya kepada salib itu : Kamu suka bercarut juga ya...

Ndak Aia Danau Do Mister...

Seorang penjaja minuman menawarkan minuman Air Mineral kepada salah seorang penumpang Bus yang tengah berhenti di terminal Bangkinang.
Penjaja      : "Mister.... mister... Kok Auih minum lah dulu mister. Ko ado Aia nan lomak ah.."
Turis          : (bingung) " I don't know..." (terdengar ucapan aia donou)
Penjaja      : " Ndak aia danau do mister. Iko ayu akua.. Ayu danau koghuah... Iko jonioh ko..."
Turis          : ???

Kita Serahkan pada yang diatas

Sepasang muda mudi yang sudah kadung konak syahwatnya ketika mojok akhirnya tak tahan lagi untuk melakukan hubungan terlarang. Dengan tergesa-gesa mereka masuk kesebuah rumah kosong yang tak jauh dari lokasi mojok. Tanpa mereka sadari seorang pengintip iseng mengikuti mereka untuk mengetahui kejadian yang lebih seru. Karena tidak ada lokasi ngintip yang pas akhirnya sipengintip memanjat atap rumah kosong tersebut dan dengan perlahan membuka satu genteng rumah dan menemukan lokasi ngintip yang pas. Begitu wajahnya dipalingkannya kebawah ternyata sedang berlangsung adegan 'syur' yang sudah setengah main. Dengan nafas terengah-engah diikutinya adegan demi adegan hingga akhir babak. Sementara dibawah, pasangan muda mudi yang sudah bermandikan keringat itu tergeletak lemas. Tak lama berselang selesainya adegan mesum si wanita menangis menyesali hilangnya kesucian yang selama ini dijaganya. Melihat si wanita menangis tak henti-henti, sang Arjuna membujuk dengan lembut.
Arjuna     : "Sudahlah dik... Jangan menangis terus. Tak perlu disesali lagi apa yang sudah kita perbuat..."
Si wanita : "Tapi aku takut hamil, bang......"
Arjuna     : "Sudahlah dik... Kalau memang adik hamil nantinya kita serahkan saja sama yang diatas..." (Maksudnya diserahkan saja pada Tuhan)
Belum si wanita menjawab terdengar protes dari atas.
Pengintip : "Kalamak dek ang se... Waang nan lamak manganai... Hamilnyo ang serahkan ka den.... "
Dengan kesal si pengintip melompat dari genteng rumah dan berlalu...